Sumber : Google picture
Sumber : Pribadi
2. Cublak-Cublak Suweng. Lagunya ceria dan banyak dinyanyikan di kaset lagu anak-anak. Permainannya menggunakan batu kerikil kecil. Yang jaga atau yang terhukum di haruskan telungkup alias nungging dan para player masing-masing menaruh satu tangannya dalam posisi terbuka di atas punggung sang terhukum. Sambil bernyanyi “cublak2 suweng..… sopo ngguyu ndele’ake.. sir sir pong…dst…” salah satu orang yang kita tunjuk untuk mengedarkan kerikil ke telapak tangan semua player, pada akhir lagu akan menaruh kerikil tersebut ke salah satu-nya. Si terhukum nantinya harus menebak siapa yang pegang kerikil itu. Seruuuu.. banget main cublak-cublak bareng sepupu. Si terhukum akan kita ledek habis-habisan dengan memasang muka jelek, melotot-melotot dan menjulurkan lidah manakala si terhukum tidak bisa menebak yang pegang kerikil.. hihih
Sebetulnya masih banyak jenis permainan tradisional yang saya suka, tapi yang berkesan dan lucu, yaa.. dua itu. Permainan yang lebih umum macam bekel, karet, congklak, galasin, tak benteng, saya juga suka berbanding lurus dengan permainan modern macam game watch, view master dan boneka-bonekaan (sayangnya..bukan Barbie).
Permainan lagu-lagu di Jakarta juga ngga kalah asiknya. Yang ngetop saat itu adalah lagu dengan lirik begini: “putih putih melati ali baba.. merah merah delima pinokia..” dan lagupun akan di akhiri dengan kalimat “Jadi patung..”!!! kalimat itu cukup popular karena selalu menjadi penutup semua lagu-lagu permainan lainnya. Saya jadi mikir, kenapa sih si pencipta atau whoever yang mengcreate permainan itu selalu menutupnya dengan ‘jadi patung’? Kok kurang creative yaa…? para player hanya akan mematung sambil nahan senyum dan berusaha tidak bergerak sama sekali, karena sekali bergerak mereka akan jadi si tertahan alias tukang jaga. Hmmm… kira-kira ada hubungannya engga ya, dengan kebiasaan para murid di kelas yang tiba-tiba berubah jadi patung ketika mendapat pertanyaan dari guru? Hahahaha..
Saya adalah “bocah” yang beruntung, karena dapat merasakan every single detail permainan kanak-kanak baik tradisional maupun modern, baik menggunakan bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia. Hebatnya itu saya lakukan dalam satu masa yang sama… (maksudnya setahun sekali selama 3 minggu pada saat berlibur di Bantul) eh.. kok bangga? Iya laah… khan jarang ada anak seberuntung saya bisa merasakan permainan yang asik-asik.. paling tidak jika di compare dengan teman-teman satu sekolah dan tetangga kanan kiri rumah deh..…hehe
Dolanan bocah yang saya suka antara lain adalah :
1. Bermain “Jamuran”. Seingat saya bentuk permainannya bergandengan membentuk lingkaran trus jalan berputar sambil bernyanyi menggunakan bahasa jawa, mengelilingi satu orang yang “jaga”. Di akhir lagu kita bertanya “mau jamur apa?” nanti terserah si penjaga menyebutkan jenis jamur yang dia mau. Biasanya sih dia akan pilih yang susah, biar ada yang kalah trus nanti gantian jaga. Menurut saya ada dua jenis jamur yang sulit untuk dipenuhi yaitu jamur angin dan jamur kendi. Yaah.. gimana ngga sulit, wong kalo jamur angin kita diharuskan mengangkat kaki satu dengan cara memeluk dengkul dengan posisi berdiri. Lalu kita akan diputar sekencanga-kencangnya dan dilarang jatuh pula… huaaa… ngga mungkin banget khan? Jatuh sih sudah pasti. Sementara yang nggilani adalah jamur kendi dimana kita diharuskan untuk pipis… ck..ck.. kebayang deh kita akan rame-rame ‘buka celana’ di bawah pohon (biasanya pohon kelapa). Yang ngga bisa pipis (mungkin krn sudah dihabiskan di rumah) dinyatakan kalah. Ya ampuuuun.. Kok saya mau-maunya yaaa dulu? Secara kita masih kecil dan polos yaa.. gembira aja pipis rame-rame tanpa cebok……iiih jorky deeeh…!! Untung ngga JAMURAN BENERAN.. bhihihi…
Dolanan bocah yang saya suka antara lain adalah :
1. Bermain “Jamuran”. Seingat saya bentuk permainannya bergandengan membentuk lingkaran trus jalan berputar sambil bernyanyi menggunakan bahasa jawa, mengelilingi satu orang yang “jaga”. Di akhir lagu kita bertanya “mau jamur apa?” nanti terserah si penjaga menyebutkan jenis jamur yang dia mau. Biasanya sih dia akan pilih yang susah, biar ada yang kalah trus nanti gantian jaga. Menurut saya ada dua jenis jamur yang sulit untuk dipenuhi yaitu jamur angin dan jamur kendi. Yaah.. gimana ngga sulit, wong kalo jamur angin kita diharuskan mengangkat kaki satu dengan cara memeluk dengkul dengan posisi berdiri. Lalu kita akan diputar sekencanga-kencangnya dan dilarang jatuh pula… huaaa… ngga mungkin banget khan? Jatuh sih sudah pasti. Sementara yang nggilani adalah jamur kendi dimana kita diharuskan untuk pipis… ck..ck.. kebayang deh kita akan rame-rame ‘buka celana’ di bawah pohon (biasanya pohon kelapa). Yang ngga bisa pipis (mungkin krn sudah dihabiskan di rumah) dinyatakan kalah. Ya ampuuuun.. Kok saya mau-maunya yaaa dulu? Secara kita masih kecil dan polos yaa.. gembira aja pipis rame-rame tanpa cebok……iiih jorky deeeh…!! Untung ngga JAMURAN BENERAN.. bhihihi…
Sumber : Pribadi
2. Cublak-Cublak Suweng. Lagunya ceria dan banyak dinyanyikan di kaset lagu anak-anak. Permainannya menggunakan batu kerikil kecil. Yang jaga atau yang terhukum di haruskan telungkup alias nungging dan para player masing-masing menaruh satu tangannya dalam posisi terbuka di atas punggung sang terhukum. Sambil bernyanyi “cublak2 suweng..… sopo ngguyu ndele’ake.. sir sir pong…dst…” salah satu orang yang kita tunjuk untuk mengedarkan kerikil ke telapak tangan semua player, pada akhir lagu akan menaruh kerikil tersebut ke salah satu-nya. Si terhukum nantinya harus menebak siapa yang pegang kerikil itu. Seruuuu.. banget main cublak-cublak bareng sepupu. Si terhukum akan kita ledek habis-habisan dengan memasang muka jelek, melotot-melotot dan menjulurkan lidah manakala si terhukum tidak bisa menebak yang pegang kerikil.. hihih
Sebetulnya masih banyak jenis permainan tradisional yang saya suka, tapi yang berkesan dan lucu, yaa.. dua itu. Permainan yang lebih umum macam bekel, karet, congklak, galasin, tak benteng, saya juga suka berbanding lurus dengan permainan modern macam game watch, view master dan boneka-bonekaan (sayangnya..bukan Barbie).
Permainan lagu-lagu di Jakarta juga ngga kalah asiknya. Yang ngetop saat itu adalah lagu dengan lirik begini: “putih putih melati ali baba.. merah merah delima pinokia..” dan lagupun akan di akhiri dengan kalimat “Jadi patung..”!!! kalimat itu cukup popular karena selalu menjadi penutup semua lagu-lagu permainan lainnya. Saya jadi mikir, kenapa sih si pencipta atau whoever yang mengcreate permainan itu selalu menutupnya dengan ‘jadi patung’? Kok kurang creative yaa…? para player hanya akan mematung sambil nahan senyum dan berusaha tidak bergerak sama sekali, karena sekali bergerak mereka akan jadi si tertahan alias tukang jaga. Hmmm… kira-kira ada hubungannya engga ya, dengan kebiasaan para murid di kelas yang tiba-tiba berubah jadi patung ketika mendapat pertanyaan dari guru? Hahahaha..